Pengamat politik Universitas Indonesia, Budiatna menilai kesan
melunak sejumlah fraksi di DPR soal interplasi kenaikan BBM tidak lepas
dari kepentingan politik.
Menurutnya konflik internal yang dilanda sejumlah Parpol, membuat
fraksi-fraksi Parpol di DPR tidak berani bersikap frontal bertentangan
dengan pemerintah.
"Mereka juga memperhatikan instrument politik dan hukum pemerintah," kata Budiatna saat dihubungi Republika, Rabu (7/1).
Budiatna
mencontohkan keinginan Fraksi Golkar DPR mengevaluasi interpelasi.
Menurutnya hal itu terjadi karena Fraksi Golkar DPR, yang didominasi
kubu Aburizal Bakrie (Ical), masih mengkhawatirkan intervensi pemerintah
dalam penyelesaian konflik dengan kubu Agung Laksono.
"Ini makanya ada posisi tawar-menawar. Jangan terlalu ekstrim dengan pemerintah," ujarnya.
Kendati
begitu, Budiatna memandang interplasi soal kenaikan BBM masih relevan
dilakukan DPR. Sebab menurutnya pemerintah tidak pernah menjelaskan
secara holistik dasar penetapan harga BBM.
"Interplasi ini masih
relevan. Yang dipertanyakan bukan hanya soal turunnya harga BBM yang
sedikit. Tapi juga soal kelebihan keuntungan BBM itu kemana," kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar